Sabtu, 02 Januari 2021

Bioteknologi Terumbu Karang


Terumbu karang merupakan ekosistem laut dengan keanekaragaman hayati terbesar kedua setelah hutan hujan tropis yang terdiri dari 2 struktur yaitu karang keras (hardcoral) dan karang lunak (softcoral). Terumbu karang memiliki peranan penting bagi ekosistem laut khususnya sebagai habitat  bagi biota laut. Selain itu, terumbu karang yang terjaga kondisinya dengan baik dapat menjadi habitat yang tepat bagi biota invertebra sehingga dapat menghasilkan senyawa bioaktiv farmakologis yang bermanfaat untuk diagnosa,pencegahan dan penyembuhan penyakit (Pratis A, dkk, 2017). Terumbu karang termasuk ekosistem dengan diversitas tinggi.

    Tipologi terumbu karang dibagi menjadi 3 bagian yaitu tipologi karang tepi (Fringing Reef), tipologi karang penghalang (Barrier Reef) dan tipologi karang mengumpul (Patch/Platform Reef). Tipologi karang tepi (Fringing Reef) terletak di tepi pesisir, berbatasan langsung dengan perairan dalam dan paling umum dijumpai.  Tipologi karang penghalang (Barrier Reef) terletak terpisah dari pulau utama dan terdapat kanal ataulagoon dalam diantara pulau dengan terumbu karang. Tipologi karang mengumpul (Patch/Platform Reef) terletak terpisah dari pulau utama dan terdapat kanal ataulagoon dalam diantara pulau dengan terumbu karang.   

    Terumbu karang termasuk sebagai struktur makhluk hidup tertua di planet. Pembentuk utama ekosistem terumbu karang adalah binatang karang yang berukuran sangat kecil yang dikenal dengan sebutan polip. Polip dalam jumlah ribuan membentuk koloni hingga akirnya menjadi Terumbu karang. Proses pembentukan koloni polip menjadi terumbu karang membutuhkan waktu yang sangat lama, bahkan dibutuhkan ribuan tahun agar terbentuk suatu ekosistem terumbu karang. Pertumbuhan terumbu karang membutuhkan waktu yang sangat lama, bahkan untuk tumbuh 1 cm diperlukan waktu kurang lebih 1 tahun.  

   Terdapat 2 ancaman yang mengakibatkan kerusakan yaitu ancaman alami dan ancaman anthropogenik. Ancaman alami terjadi akibat pemutihan massal dan penyakit karang. Ancaman anthropogenik terjadi akibat sampah, aktivitas perkapalan, wisata tidak terkontrol dan sedimentasi tinggi. Menurut Romeo (2017), Selain akibat dari kegiatan wisata kerusakan terumbu karang di Pantai dipengaruhi oleh daerah penangkapan ikan oleh nelayan dan daerah pariwisata yang juga ikut memberikan sumbangsih pada kerusakan karang. Oleh karena itu, perlu adanya konservasi untuk menjaga keberlangsungan hidup terumbu karang. Konservasi terumbu karang dapat dilakukan dengan berbagai cara. salah satu caranya dengan melakukan transplantasi terumbu karang. transplantasi terumbu karang adalah teknik pelestarian sama seperti pencangkokan untuk mempercepat regenerasi terumbu karang akibat beberapa ancaman yang dapat menyebabkan kerusakan terumbu karang. 

    Bioteknologi sangat berperan penting bagi kehidupan terumbu karang. Meninjau kondisi terumbu karang banyak yang rusak baik oleh ulah tangan manusia maupun alami karena penyakit. Menurut Palupi, dkk (2019) bahwa saat ini penyakit karang menjadi salah satu penyebab kerusakan terumbu karang di Indonesia. berdasarkan penelitian Palupi,dkk (2019) bahwa berdasarkan uji biomolekuler kedua isolat tersebut merupakan anggota Enterobacter cloacae dengan tingkat kemiripan 99%. Hal ini dapat melahirkan penelitian baru untuk mengcari solusi agar mengatassi masalah penyakit pada karang.

     Keberadaan terumbu karang dapat bermanfaat dalam berbagai bidang antara lain bidang farmasi, pariwisata, sumber bahan bangunan, sumber penghasilan: berupa hasil tangkapan seperti ikan, udang dan agar-agar; usaha pariwisata seperti menyelam dan memancing, melindungi pantai dari hempasan ombak dan arus. Oleh karena itu, mari kita lestarikan ekosistem bawah laut dengan tidak melakukan pengrusakan ekosistem. jadilah manusia yang bijak dalam bertindak.

 

          

 

Daftar Pustaka

Palupi, R. D., Sadarun, B., & Sawonua, P. H. (2019). IDENTIFIKASI BAKTERI PATOGEN PENYEBAB PENYAKIT PURPLE SYNDROME PADA KARANG FUNGIA DI PULAU HARI SULAWESI TENGGARA. Jurnal Bioteknologi & Biosains Indonesia (JBBI), 6(2), 198-209.

Pratitis, A., Susilowati, R., & Januar, H. I. (2017). Sitotoksisitas Invertebrata Laut sebagai Biomarker Lingkungan Di Kawasan Konservasi Perairan Pulau Banda. Jurnal Pascapanen dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan, 11(2), 139-146. 

Romeo, R., Thamrin, T., & Yoswaty, D. The Coral Reef Condition in Tureloto Beach North Nias Regency North Sumatera Province (Doctoral dissertation, Riau University).

http://coremap.oseanografi.lipi.go.id

kisah cinta menarik dan unik "Menunggu Kepastian Cinta" by Khairunnisah

Story #1 #Part 1   Hello guys ini cerita tentang seorang tamu yang kedatangannya tak pernah ditunggu tapi kehadirannya berujung candu hingg...